BIDIKNUSATENGGARA.COM | Saya memiliki kenangan tersendiri bersama Pater Gallus, SVD di Komunitas Sengari Reo.
Waktu itu saya mengikuti sebuah kegiatan tentang lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga swasta yang memperjuangkan keselamatan lingkungan hidup dari kehancuran massif. Tempat pelaksanaannya di Wisma Sengari Reo, dimana Pater Gallus tinggal sesudah pensiun.
Walaupun Pater Gallus, SVD, pensiun dan tidak lagi menjadi Pastor Paroki di Keuskupan Ruteng. Tapi, sebagai imam, ia tetap melakukan pelayanan sakramen dan memimpin perayaan ekaristi di beberapa stasi di wilayah Paroki Reo.
Saat itu ada yang menceritakan tentang pelayanan kesehatan bagi ibu hamil (bumil) oleh Pater Gallus, SvD. Insting saya sebagai wartawan muncul dan bergairah untuk menemui Pater tersebut. Konon katanya, ia tidak mau dipublikasikan atas karya pelayanannya.
Hati saya berkata lain, dan saya berani menemuinya di ruang kerja dan ruangan pelayanan dengan alat untuk pemeriksaan ibu hamil. Alat USG untuk pemeriksaan kandungan ibu hamil.
Saya temui Pater Gallus, SVD sore hari. Saat saya temui, ia sedang sibuk. Lalu, ia bertanya kepada saya, mau bertemu siapa? Saya jawab saya ingin bertemu Pater Gallus, maklum sebelumnya saya belum pernah berjumpa dengannya. Kemudian ia persilahkan saya masuk di ruang kerjanya. Ia persilahkan saya duduk di kursi. Diatas mejanya ada koran berbahasa Jerman, Der Spiegel (maaf kalah tulis). Bahkan, kondisi ruang kerja dan kamar tidur terbuka, saya banyak melihat di rak penuh dengan buku. Awalnya saya memperkenalkan diri. Lalu kami ngobrol. Saya mengajukan beberapa pertanyaan tentang seputar pelayanan kesehatannya bagi ibu hamil dan orang sakit. Kemudian ia menceritakan kisah pelayanannya bagi umat dan masyarakat di seputar Reo bahkan dari tempat jauh. Kemudian saya bilang, ini sekalian wawancara Pater dan saya mau menulis ficer tentang pelayanan kesehatan bagi umat dan masyarakat.
Lalu, ia diam dan menyatakan setuju. Saya mencatat semua yang dikatakannya. Kurang lebih satu jam duduk bersamanya di ruang kerja. Ia katakan, “saya selalu membaca buku dan membaca majalah berbahasa Jerman, Der Spiegel yang selalu dikirim oleh keluarganya dari Jerman. Ini cara saya untuk menjaga kesehatan pikiran dan mengetahui perkembangan ekonomi, politik dan politik global yang dimuat dalam majalah berbahasa Jerman.
Ia sangat fasih berbahasa Indonesia. Ia menceritakan, ia melakukan pelayaan pemeriksaan ibu hamil dengan alat USG pada sore hari. Jika hasil pemeriksaan ibu hamil dengan alat itu dengan kondisi bayi sungsang, maka rujuk ke Puskesmas Reo dan RSUD Ben Mboi Ruteng saat melahirkan nanti. Bukan hanya ibu hamil yang dapat berobat melainkan umat dan masyarakat lainnya yang mengalami sakit datang berobat ke sini.
Tak Terhitung Pasien Yang BerobatĀ
Ia menjelaskan tak terhitung pasien yang berobat di tempat pelayanan di Sengari Reo, sebab saya tidak mencatatnya.
“Mereka datang dan saya melakukan pelayanan kesehatan tanpa melihat latarbelakang mereka. Kadang-kadang gratis. Apa yang dijelaskannya itu, saya catat di buku catatan.
Muat di Media Flores PosĀ
Hasil wawancara itu, saya mencoba kirim ke media The Jakarta Post, tapi tidak dimuat. Kemudian naskah itu saya kirim di media Flores Pos lewat email dan dimuat. Editornya menangani rubrik ficer di media Flores Pos waktu itu, Pater Avent Saur, SVD.
Bersyukur hasil liputannya dimuat di media Flores Pos. Dan hasil liputan yang dimuat itu, saya buat dalam bentuk bingkai sebagai kenangan sepanjang masa dalam hidup saya bahwa saya bisa mewawancara missionaris asal Jerman tersebut yang konon memiliki komitmen tidak mempublikasikan karya pelayanannya di media massa.
Terima kasih Pater Gallus, SVD. Engkau menerima saya waktu itu dengan landasan kasih
Saya mengenang kebaikan dan pelayanan kesehatanmu sepanjang masa.
Selamat Jalan Missionaris yang melayani kesehatan Ibu Hamil di Keuskupan Ruteng.
Waelengga, Minggu, 26 November 2023