Aku Belum Kalah

Oleh Markus Makur, Anggota Forum Jurnalis Flores-Lembata (FJF-L) NTT

bidiknusatenggara.com-Diam bukan berarti aku kalah. Saat aku diam, aku sedang memulihkan energi yang atas kelelahan batin dan pikiran atas perlakuanmu pada ketidakadilan dalam profesiku.

Berdiam diri sambil merenungkan dan merefleksikan atas apa yang terjadi terhadap sahabatku yang mengalami ketidakadilan atas apa yang dilakukan oleh penguasa yang angkuh di daerahku.

Engkau sudah merendahkan profesiku dimata hukum dan publik. Engkau sudah memilih jalan untuk berkonflik dengan kebenaran dari mulutmu yang engkau sampaikan walaupun itu bukan kewenanganmu.

Engkau sudah melecehkan atasanmu. Engkau lakukan itu dengan sadar dan memahami regulasi yang engkau baca, tapi dengan tak tahu malu, engkau ingin melengserkan pemimpinmu yang sudah mengatur dalam profesimu.

Engkau ingin mengambilalih kekuasaan dari pemimpinmu.

Engkau sudah merendahkan pemimpinmu dengan lancang menawarkan sesuatu yang bukan asetmu.

Engkau sesungguhnya tidak hanya merendahkan atasanmu, tetapi juga merendahkan pemimpin kami. Merendahkan pemimpin yang telah dipilih melalui sistem demokrasi.

Sesungguhnya juga rakyat tersinggung dan marah dengan sikapmu. Engkau digaji dari pajak rakyat. Aset yang kau tawarkan itu adalah aset pemberian cuma-cuma dari rakyat yang kau urus.

Aset itu dihibahkan oleh rakyat, bukan untuk tukar guling kepentinganmu. Tetapi diberikan agar mengurus kesehatan mereka

Engkau melemparkan kekeliruanmu kepada sahabat seprofesiku karena diduga engkau mengetahui bahwa sahabat seprofesiku tidak berdaya dan orang kecil. Tidak memiliki finansial yang cukup. Engkau sudah menelanjangi daerah ini dengan menawarkan aset daerah yang bukan kewenanganmu.

Engkau sudah menunjukkan diri bahwa sesungguhnya dirimu adalah kepala daerah di daerah ini sebab engkau berani dan dengan sadar menawarkan aset daerah milik pemerintah. Apakah aset daerah ini milikmu, ayahmu, keluargamu. Semua aset yang sudah dimiliki daerah ini dengan dibuat sertifikat atas nama pemerintah diberikan oleh rakyat di daerah ini demi kepentingan pelayanan publik.

Perkataan yang sudah keluar dari mulutmu tentu dengan sadar dan menunjukkan bahwa sesungguhnya kepala daerah di daerah ini adalah dirimu.

Bahkan secara etis, engkau tidak layak berbicara di depan publik yang bukan selevel denganmu.

Bahkan saat itu, engkau tidak menghiraukan pemimpinmu, dan sejumlah Kepala organisasi Perangkat Daerah dan tokoh masyarakat yang melihat tingkahlakumu dengan sadar menawarkan aset daerah yang bukan kewenanganmu. Bahkan, engkau merendahkan pemimpinmu yang ada pada saat itu.

Engkau sebaiknya memilah atas jabatanmu dengan hubungan kekeluargaan dari orang tuamu. Bedakan antara saat berdinas dan saat didalam lingkungan keluarga. Apa yang engkau lakukan dihadapan publik terbersit ada rencana mengkudeta kepala daerah di daerah ini. Kepala daerah di daerah ini saja tidak engkau hargai apalagi bawahan dan rakyat di daerah ini.

Bahkan saat percakapan diruang publik itu, engkau dalam keadaan sehat. Kemudian, engkau melemparkan kebodohanmu kepada orang lain saat orang lain yang sedang bertugas menggunggah video percakapanmu. Bahkan engkau somasi dan diduga intimidasi. Somasi sudah engkau layangkan melalui penasehat hukummu.

Jangan anggap diri menang karena kami sudah meminta maaf dan membuat klarifikasi untuk memenuhi permintaanmu.

Tentu engkau tahu bahwa kami tetap memegang kebenaran sebagai fakta dari percakapanmu di depan publik sebagai pejabat publik. Dan engkau menyampaikan itu kepada pejabat publik yang bukan selevel denganmu dengan sadar.

Saat ini engkau merasa diri diatas langit karena kekuasaan di daerah ini sedang berada dilingkaran keluargamu.

Engkau sendiri sudah menampilkan cara untuk mengkudeta pemimpinmu di daerah ini. Engkau sedang melawan dari dalam dirimu untuk menumbangkan rezim ini. Dan itu sudah mulai engkau lakukan. Caramu ingin menelanjangi rezim ini dimana pemimpin didaerah ini gagal memimpin. Engkau sudah membuka jalan untuk menumbangkan rezim ini.

Engkau sudah merendahkan sahabat seprofesiku dimata keluarganya, tempat ia bekerja dan publik.

“Aku Belum Kalah”. Saya memegang bahasa seorang pejuang dari Russia dengan menegaskan “Aku Belum Selesai”. Engkau sudah menganggap bahwa saya dan sahabat seprofesiku kalah. Saya dan sahabatku menjawab ” Kami Belum Kalah. Dan tak akan kalah membela dan menegakkan kebenaran yang kami pegang. Kami berdiri diatas kebenaran yang keluar dari bau mulutmu karena kerakusanmu.

Ingat “Kami Belum Kalah.” “Kami Belum Kalah.” “Kami Belum Kalah.” Kami ini pejuang kebenaran diatas bumi. Engkau boleh meminta hapus unggahan di sosial media. Tapi Engkau tak bisa menghapus dalam ingatan dan memori hati dan pikiran kami.

Kami melawan dengan kerendahan hati bukan rendah diri. Sejengkal diri kami takkan kami lepas. Kami memegang kebenaran faktual. Kami memegang bukti percakapanmu sebagai pejabat publik, walaupun itu bukan kewenanganmu untuk menyampaikan itu ke pejabat lebih tinggi. Engkau diduga sudah melanggar kode etik Aparatur Sipil Negara.

Engkau tidak bisa membedakan jabatan birokrasi dengan hubungan keluarga dengan pemimpin daerahmu. Engkau mengganggap diri bahwa kekuasaan pemimpin daerahmu yang sedang berkuasa juga adalah milikmu.

Engkau diduga mengambilalih kekuasaan dari pemimpin daerah dengan bukti percakapanmu di depan publik kepada pejabat yang lebih tinggi yang tidak selevel denganmu. Engkau sudah melukai hati rakyat di daerah ini.

Sayapun tidak tahu, apakah yang kau lakukan benar atau tidak. Baik atau buruk. Tetapi saya percaya bahwa alam semesta ini akan memperlakukan segala tindakan kita akan kita tuai pada saatnya. ***

https://gawai.co/docs/pkv-games/ https://gawai.co/docs/dominoqq/ https://gawai.co/docs/bandarqq/