BETUN-BIDIKNUSATENGGARA.COM | Sepintas kalau dilihat dari usianya, ada pada kisaran 60 hingga 63 tahun. Kondisi fisik yang usur, lengah yang tertatih dipadu dengan guratan keriput di wajahnya yang nampak menuai, memberi kesan sosok ini bersyukur hidup dalam 6 Dekade.
Sosok renta itu adalah Albertus Seran Leki, warga Dusun Weoe D, Kecamatan Wewiku, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, ketika sebagian besar warga Desa weoe memiliki rumah namun dirinya tidak pernah memiliki rumah seperti warga lainnya. Untungnya Albertus masih tinggal di rumah milik Isto Tae, yang status hubungan sebagai ponakan.
Albertus Seran Leki, sehariannya mencari nafkah sebagai petani kebun mengaku bahwa sudah bertahun-tahun pemerintah setempat maupun pemerintah kabupaten luput dari perhatian pemerintah Desa setempat maupun pemerintah Kabupaten.
“Saya kerja sebagai petani kebun. Sejauh ini bapa desa belum pernah menyuruh dusun datang mendata kami yang tidak punya rumah. Beruntung saya masih diberi tempat tinggal oleh ponakan Isto,” Ungkap bapa Albertus pada wartawan media ini, Rabu, (8/5/24).
Ternyata sudah sekian lama, bapa Albertus Seran Leki tidak pernah tersentuh bantuan sosial pemerintah. Bahkan disaat semua warga dalam keadaan normal menerima dana Program Keluarga Harapan (PKH), dirinya masih penuh dengan harap untuk mendapatkan sedikit perhatian dan berkat dari pemerintah. Namun asa yang digantungkan itu harus dikuburkan.
Bapa Albertus Seran Leki bukan warga pendatang. Bahkan selama ini, hidupnya dihabiskan di Desa Weoe. Hidup dalam gubuk orang persis di belakang rumah Juandri Bria, dengan saban hari menghabiskan waktu sebagai petani kebun. Bahkan untuk makan bersama keluarga, dirinya harus bekerja keras untuk menafkahi keluarganya.
Perangkat RT, Dusun hingga Kades Weoe, seolah menutup mata akan keberadaan bapa Albertus Seran Leki. Dalam pendataan warga tidak mampu atau warga miskin ekstrim, bapa Albertus Seran Leki tidak ada, kendati secara syarat dia termasuk dalam warga yang memiliki hak untuk menerima bantuan apa saja dari pemerintah. Mungkin dalam pendataan, para aparatur dusun lupa bahkan ikutan “buta” seperti orang buta lainnya sehingga tidak mendata bapa Albertus yang tidak memiliki rumah.
Bagi bapa Albertus, mungkin perhatian pemerintah tehadap keluarga sebagai “musuh” sehingga tidak dengan Tuhan. Dirinya bersyukur masih hidup di usia senja, kendati usianya yang sudah senja, namun masih mampu untuk menafkahi keluarganya.
Hingga berita ini diturunkan, Stefanus Alfridus Bria selaku Kepala Desa Weoe belum berhasil dikonfirmasi oleh bidiknusatenggara.com *(Ferdy Bria)