BIDIKNUSATENGGARA.COM | Penyerangan yang terjadi di Weleun, Desa Bakiruk, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, pada Selasa, (27/08/2024) malam, diduga dilakukan oleh kelompok pendukung pasangan calon (paslon) Simon Nahak dan Felix Bere Nahak (SN-FBN).
Gerombolan berandal yang mengenakan baju Kaos bertuliskan “Satgas” ini diduga kuat sebagai loyalis Paket Simon Nahak dan Felix Bere Nahak atau Paket SN-FBN.
Kejadian ini tidak hanya merugikan pengguna jalan, tetapi juga merusak citra dan kepercayaan masyarakat terhadap proses demokrasi yang seharusnya bersih dan damai.
Kejadian penyerangan dimulai ketika LH dan dua rekannya, AW dan AP, melintasi area yang sedang ramai dengan kegiatan deklarasi. Sekitar pukul 18:30, mereka mendapati sejumlah orang menghampiri dan menghadang kendaraan mereka. Dalam hitungan menit, mobil mereka dikepung dan dilempari batu, menyebabkan kerusakan pada kaca depan dan samping kendaraan mereka.
“Saya bersama AW dan AP sekitar jam 18.30 hendak menuju Kota Betun untuk mencari makanan (nasi goreng-red). Sampai didepan sekretariat weleun ternyata ada kegiatan deklarasi SN-FBN dan ada sekelompok orang sedang berkerumunan disitu dan menghadang kami. Mobil kami dikepung dan dilempari batu, dititi dengan batu, dihajar sampai kaca depan dan samping mobil kami pecah,” ungkap LH.
LH kepada wartawan media ini, Jumat, (30/8) menyatakan bahwa mereka terkurung dalam situasi tersebut selama sekitar 10 hingga 15 menit, tanpa dapat melarikan diri. Dengan berani, mereka berusaha keluar dari situasi tersebut dan langsung melaporkan kejadian ke pihak kepolisian.
“Kami berusaha untuk keluar dari amukan massa itu. Kami mencari celah untuk berusaha terobos dan sekitar 10-15 menit kami berada di tempat kejadian (Depan sekretariat SN-FBN Weleun). Lalu kami keluar dari situasi itu langsung menuju Polres Malaka untuk melaporkan kejadian ini,” kata LH.
Dalam pengakuan mereka, (para korban-red) menegaskan bahwa tindakan massa seharusnya tidak terjadi, terutama pada saat kegiatan deklarasi yang seharusnya bersifat damai.
Mereka juga mengungkapkan kekecewaan terhadap pihak-pihak terkait, terutama karena kejadian ini terjadi menjelang jam malam, ketika banyak orang seharusnya kembali ke rumah.
“Kami pengguna jalan, lalu ada massa SN-FBN yang baru saja melakukan deklarasi, mestinya bakal calon Bupati dan Wakil Bupati yang pada saat itu di dekler harusnya sudah memulangkan massanya karena saat kejadian itu sudah jam 19.00 malam,” ungkap LH.
LH dan dua rekannya, AW dan AP, kini merasa terancam oleh kemungkinan terulangnya tindakan serupa, yang menciptakan suasana ketakutan.
“Kami sudah takut jalan di jalan umum, karena di Negara hukum seperti ini kami bisa dihadang model begini,” ungkpnya.
Permintaan untuk keadilan pun menjadi salah satu fokus utama dalam pengaduan mereka kepada pihak kepolisian.
“Kami minta kepada pihak Polres Malaka untuk diusut tuntas secepatnya karena kami takut kejadian ini terulang pada pengguna jalan lainnya”, Tuturnya.
Dengan adanya insiden ini, menandakan bahwa tindakan premanisme masih menjadi masalah serius di wilayah Kabupaten Malaka, terutama menjelang pemilihan kepala daerah.
LH dan dua rekannya meminta agar pihak kepolisian segera melakukan penyelidikan mendalam. Mereka berpendapat bahwa tindakan hukum ini penting untuk memberikan efek jera dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. Mereka menyerukan penegakan hukum yang tegas supaya keadilan dapat ditegakkan dan situasi keamanan di jalan raya dapat dipulihkan. *(tim/fb)