Diaspora Malaka Masih Jagokan SBS Pimpin Malaka

Oleh: Ferdy Bria

BETUN, bidiknusatenggara.con | Masyarakat Perantau asal Kabupaten Malaka yang saat ini bekerja diluar NTT ( Diaspora Malaka) masih menjagokan Bupati Perdana Malaka, Stefanus Bria Seran ( SBS) untuk kembali memimpin Kabupaten Malaka melalui Pilkada Malaka 2024.

Salah satu indikator Diaspora Malaka tetap memberikan dukungan karena figur seorang SBS dinilai mampu membangun SDM dengan cara menciptakan lapangan kerja bagi anak-anak Malaka melalui berbagai program yang diusung sehingga dapat mengeliminir eksodus besar-besaran warga Malaka keluar daerah untuk bekerja.

Pemecatan 3.300 Tenaga Kontrak Daerah (Teda) pada tahun 2021 silam yang nota bene adalah anak asli Malaka merupakan bukti nyata ketidak mampuan Pemerintah Daerah memberdayakan SDM anak-anak Malaka untuk membangun daerahnya sendiri sehingga harus diakhiri.

Peristiwa Perekrutan 7000-an Teda lebih yang digelar Pemerintah tahun 2022 lalu (yang berlokasi di Kantor Keuangan saat itu-red) yang urusannya tidak tuntas menjadi pertimbangan pemilih menjatuhkan pilihan pada Pilkada Malaka 2024.

Sebagai warga Perantau, hukumnya wajib mengingatkan kembali peristiwa-peristiwa penting itu agar rakyat tidak keliru lagi dalam menjatuhkan pilihan saat pilkada mendatang.

Ketua Diaspora Malaka, yang juga Ketua Paguyuban Masyarakat NTT-Kalimantan, Adam Asprianus Bere mengatakan hal itu kepada wartawan, Minggu (2/7/2023).

Adam mengatakan sudah saatnya masyarakat Kabupaten Malaka harus diberi pemahaman yang benar tentang figur pemimpin yang dibutuhkan rakyat Malaka kedepan. “Kita inginkan rakyat Malaka sadar dan harus benar-benar pilih pemimpin yang mencintai dan pro rakyat. Hal itu hanya terlihat dalam diri SBS”, ujarnya.

Kata dia, selama SBS pimpin sebagai Bupati Perdana Malaka sudah menorehkan sejarah dengan merekrut 3.300 Teda untuk bekerja karena faktanya Malaka masih kekurangan ASN.

“Iklim Pembangunan saat itu sangat kondusif karena anak-anak Malaka diberdayakan. Dampak lanjutan, roda ekonomi di Malaka tetap berdenyut dan sektor riil tetap bergairah karena ada perputaran uang di Malaka. Sementara saat ini, Betun ibaratnya seperti kota mati yang tidak bertuan”, ungkapnya.

Dikatakannya, salah satu faktor yang mendorong warga Malaka merantau keluar Malaka karena Pemerintah Daerah tidak mampu mengelola berbagai aset traktor di Dinas Pertanian Malaka.

“Faktanya, 60 unit traktor besar untuk pengolahan lahan kering yang dikelola Dinas Pertanian Malaka mangkrak, tidak terurus dan berpotensi jadi besi tua. Dari 60 unit traktor itu menurut informasi sisa 5 unit yang masih berfungsi dan lainnya dalam keadaan rusak tidak terurus. Padahal kalau traktor-traktor itu diperbaiki bisa membantu rakyat dan membuka lapangan kerja dibidang pertanian. Para petani bisa mengoptimalkan lahan untuk usaha pertanian sehingga bisa menyerap tenaga kerja. Fakta saat ini, banyak petani Malaka harus cari kerja diluar daerah karena tidak mampu mengolah lahannya sendiri”, tutup Adam. ***

https://gawai.co/docs/pkv-games/ https://gawai.co/docs/dominoqq/ https://gawai.co/docs/bandarqq/