BIDIKNUSATENGGARA.COM | Kemarahan rakyat terhadap pemimpin saat ini semakin mengemuka, terutama akibat banyaknya janji yang tidak terealisasi selama kampanye 2020. Rakyat merasa ditipu dan diabaikan, yang menciptakan ketidakpuasan yang meluas di berbagai kalangan.
Terbukti nyata, pada momen kampanye terbatas calon Bupati dan Wakil Bupati, Stefanus Bria Seran-Henri Melki Simu (SBS-HMS), di Desa Bakiruk, Kecamatan Malaka Tengah, Rabu (9/10/24), Paulus menunjukkan tindakan yang mengejutkan dengan membuang kartu SNKT di hadapan massa dan paslon. Tindakan ini mengejutkan dan betapa besar kecewanya terhadap pemimpin saat ini.
Tindakan ini merupakan isyarat jelas tentang rasa kecewa dan penyesalannya atas dukungan yang diberikan sebelumnya. Paulus Seran ingin menunjukkan kepada publik bahwa ia tidak lagi percaya dengan janji-janji dari pemimpin yang ada dan berani untuk mengambil sikap yang tegas.
Selama kampanye 2020, SNKT membuat berbagai janji yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sayangnya, banyak dari janji tersebut tidak ditepati, menimbulkan kekecewaan dari masyarakat. Rakyat merasa bahwa aspirasi dan kebutuhan mereka diabaikan oleh pemimpin yang seharusnya mereka percayai.
Paulus Seran sebelumnya tim pemenangan SNKT dan berharap akan adanya perubahan bagi masyarakat. Namun, seiring berjalannya waktu, harapan tersebut sirna ketika janji-janji yang disampaikan dalam kampanye tidak terwujud.
“Saya mau sampaikan kepada kita yang hadir hari ini. Dulu saya salah satu tim pemenangan SNKT. Kartu Tanda Pengenal saya yang ini,” kata Paulus seraya menunjukkan kartu itu kepada massa yang hadir di tenda kampanye.
Paulus menggambarkan kartu tersebut sebagai alat manipulasi untuk meraih suara daripada sebagai alat untuk membantu masyarakat. “Jadi kartu ini saya buang dihadapan semua untuk menyaksikan. Karena kartu ini tidak ada guna. Ternyata kartu ini hanya tipu kami saja untuk mengambil suara kami,” ungkap Paulus dengan nada kesal.
Ia menilai bahwa saat ini, sudah saatnya melawan kepemimpinan yang dianggap tidak pro rakyat. Dengan bertanya kepada massa, “Berani lawan?”, Paulus mengajak warga untuk bersama-sama memperjuangkan perubahan yang lebih baik.
“Hari ini saya menyatakan sikap bahwa saya mau bergabung dengan bapa SBS dan bapa HMS untuk melawan orang yang datang dengan segala tipu muslihat,” tegasnya.
Paulus menyampaikan kritik tajam terhadap program yang dijalankan oleh penguasa saat ini, yang dinilai gagal total dalam memberikan manfaat bagi masyarakat. Salah satu contoh adalah keputusan bupati membekukan TEKO 3.388 dianggap sebagai bentuk penjajahan baru.
Paulus mengekspresikan kekecewaannya terutama terhadap program swasembada pangan yang dijanjikan. Dia menjelaskan bahwa masyarakat sekarang mengalami kelaparan karena banyaknya lahan yang tidak diolah. Program bajak tanah gratis tidak berjalan dengan baik, mengakibatkan banyak kebun warga tidak diolah.
Paulus juga menyoroti masalah dalam pelayanan kesehatan di Kabupaten Malaka. Ia mengingatkan bahwa di era kepemimpinan SBS, RSUPP Betun menjadi pusat rujukan bagi warga dari kabupaten lain. Namun, kini warga harus kesulitan berobat dan dirujuk ke kabupaten lain, yang menunjukkan penurunan kualitas pelayanan kesehatan yang parah.
“Dulu masih zaman SBS, rumah sakit kita, orang dari Kabupaten lain datang berobat di kita. Sekarang kita sakit harus rujuk ke kabupaten lain. Maka pemimpin seperti ini stop dan jangan pilih lagi,” tegasnya.
Di akhir orasinya, Paulus menyatakan keputusannya untuk bergabung dengan SBS-HMS, yang dianggapnya lebih pro-rakyat. Dia menjelaskan bahwa program-program yang dijalankan oleh penguasa saat ini telah gagal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Ia mengajak masyarakat untuk bersama-sama melawan kepemimpinan yang dianggap tidak efektif. Harapannya agar melalui SBS-HMS, perubahan yang diinginkan masyarakat dapat terwujud.*(Ferdy Bria)