bidiknusatenggara.com-Hari istimewa bagi saya di tahun 2023 ini dirayakan sangat berbeda dengan tahun sebelumnya.
Sebelumnya saat saya tampil sebagai narasumber pada pelatihan Jurnalistik di SMK Santo Bartholomeus Benteng Jawa, Ibukota Kecamatan Lambaleda, Kabupaten Manggarai Timur, ratusan murid SMK Sanbart memberikan ucapan Selamat Ulang Tahun bagi saya dan bertepuk tangan. Bahkan Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Timur, Boni Hasudungan dan Camat Lambaleda memberi salam dan berjabatan tangan atas hari istimewa saya pada 9 Mei 2023 ini.
Beberapa sahabat di Aula SMK Sanbart dan guru-guru juga mengucapkan Selamat Ulang. Bahagia, Iya, bersyukur, iya. Yang membuat saya lebih bahagia bahwa di hari istimewa itu, saya berbagi ilmu jurnalistik dan teknis menulis berita sesuai kaedah-kaedah jurnalistik.
Saat saya berjalan bersama Sekda Kabupaten Manggarai Timur, dan Stafnya serta Om Sopir dari Kota Borong menuju ke Benteng Jawa, saya tidak memberitahukan kepada mereka bahwa saya merayakan Ulang Tahun hari ini. Mereka terkejut saat pembawa acara di SMK Sanbart Benteng Jawa menyampaikan bahwa salah satu narasumber sedang merayakan hari bahagianya.
Biasanya saya merayakan Ulang Tahun secara sederhana di rumah keluarga. Saya juga ingat tahun 2017 lalu, saat saya berlayar dengan kapal wisata Taman Nasional Komodo dalam tugas peliputan bersama Tim KOMPAS.com, saya juga merayakan Ulang Tahun bersama mereka.
Kali ini lain dari yang lain karena saya merayakan Ulang Tahun bersama ODGJ yang sedang menderita dipasung. Selain itu saya juga merayakan bersama keluarga Siprianus Dua Dawa di Kampung Wodong, Desa Goreng Meni, Kecamatan Lambaleda.
Inilah kisah perjalanan di hari bahagiaku. Saya dibonceng relawan KKI Kecamatan Lambaleda, Lambaleda Utara (LAUT), Upenk Keor.
Setelah selesai pelatihan Jurnalistik di SMK Sanbart. Saya dan Upenk Keor bergegas dari Kota Benteng Jawa ke arah utara. Lalu, kami singgah di rumah keluarga Siprianus Dua Dawa. Om Siprianus Dua Dawa adalah seorang difabel yang berprofesi sebagai tukang.
Dari Kampung Wodong, Upenk Keor mengendarai sepeda motor dengan penuh hati-hati di jalan rusak. Bekas aspalnya sudah terkelupas.
Saya dan Upenk Keor tiba di Kampung Waerambung pukul 18.00 wita setelah melintasi jalan rusak. Lelah. Itu pasti. Selanjutnya, saya dan Upenk Keor berjumpa dengan keluarga dari penderita gangguan jiwa tersebut. Tak lama kemudian, saya dan Upenk Keor didampingi keluarganya menyapa Yosef Patamuhamad Kahar yang sedang dipasung didalam pondoknya.
Yosef Patamuhamad Kahar adalah seorang warga penderita gangguan jiwa di Kampung Wae Rambung, Desa Golo Munga Barat, Kecamatan Lambaleda Utara, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur sudah 10 tahun dipasung di pondok sempit yang terletak di belakang rumah orang tuanya. Pondok pasungnya berukuran 2×3 meter, sempit dan Sumpek. Dua kakinya sudah luka.
“Kakak saya dipasung sejak 2013 lalu di pondok belakang rumah besar. Keluarga mengambil alternatif ini karena kakak saya sering mengamuk dan lempar rumah tetangga. Menghadang orang yang sedang melintasi jalan raya di depan rumah. Ia pernah didenda karena ia lempar rumah tetangga. Tetangga itu lapor ke kepolisian dan mengambil perdamaian kekeluargaan dan didenda,” jelas Arnoldus Jansen, adik Kandung Yosef kepada Koordinator Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur bersama satu relawannya, Selasa, (9/5/2023) sore.
Jansen mengisahkan awal mula kakaknya menderita sakit gangguan jiwa. Yosef merupakan kakak sulungnya. Setelah tamat Sekolah Menengah Atas, Yosef merantau ke Jakarta sangat lama hingga ia menikah dan memiliki anak. Kemudian, Ignasius Hambur, orang tua kami meninggal dunia 2005 lalu, Kakak Yosef sempat pulang. Setelah itu, ia kembali ke Jakarta lagi. Sekitar 2009, Yosef kembali ke Kampung dan tidak lagi kembali ke Jakarta. Lalu, pada 2012,mulai gejala sakitnya. Saat itu ia mengamuk, emosi, merusak peralatan rumah dan melempar rumah tetangga. Bahkan berdiri ditengah jalan dengan menghadang kendaraan yang melintasi jalan tersebut yang tepat berada di rumah. Ia tidak mengontrol emosinya. Sakit makin parah dan keluarga mengambil keputusan dengan memasungnya.
“Yosef adalah kakak sulung dari enam bersaudara, dari pasangan Ignasius Hambur (almarhum) dan Ibu Martha Hadia. Selama ia dipasung, kakak saya merawatnya dan kini saya yang melanjutkan perawatan karena kakak saya sudah tinggal di rumah sendiri. Saya bersama mama secara bergantian menghantar makan, minum, pagi, siang dan malam,” jelasnya.
Tanda-Tanda Pemulihan
Jansen menjelaskan, semasa Yosef masih dalam pasungan, ia biasa berontak dan mengeluarkan kata-kata kotor kalau ada yang datang berkunjung. Selain itu, ia biasa berteriak tengah malam. Tapi, sejak beberapa bulanan belakangan ini saat ia mendapatkan pelayanan medis dengan suntikan dan konsumsi obat secara rutin, kondisinya tidak lagi mengamuk, tidur aman. Bahkan, Yosef menyambut siapa saja yang mengunjunginya. Seperti yang om alami saat berkunjung di pondoknya. Ia tidak lagi mengamuk. Komunikasi agak baik.
“Saya mendapatkan informasi bahwa selama ia berada di Jakarta. Ia sudah menikah dan memiliki satu orang anak. Informasi dari adiknya diakui oleh Mama mereka bahwa ia sudah menikah dan memiliki satu anak,” jelasnya.
Kesulitan Biaya
Jansen menjelaskan, selama kakaknya dipasung, keluarga sangat kesulitan biaya untuk membawanya ke Panti Renceng Mose Ruteng.
“Keluarga sangat kesulitan biaya untuk membawanya ke Panti Renceng Mose Ruteng. Keluarga sempat meminta pasung dibongkar, tapi Yosef sendiri menolaknya. Upaya yang keluarga dengan membeli obat di Panti Renceng Moses Ruteng. Dan kini pengobatannya dari Puskesmas Weleng,” jelasnya.
Pondok diperbaiki
Martha Hadia, Ibu Kandung saat ditemui Koordinator KKI Peduli Sehat Jiwa, Selasa, (9/5/2023) mengungkapkan, ia sangat menderita dan ikut menderita dengan sakit yang dialami anak kandungnya.
“Sengsara dan sengsara saya alami. Setelah anak saya mendapatkan pelayanan medis dengan disuntik dan minum obat, ada tanda-tanda baik. Tidak berteriak lagi tengah malam. Saya dan anak saya Arnoldus Jansen biasa mencampur obat di makanan karena Yosef tidak mau minum obat,” jelasnya.
Mama Martha berharap Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarau Timur dan orang-orang baik diluar sana bisa bantu untuk memperbaiki pondoknya yang layak.
“Saya berharap anak saya bisa sembuh dari sakitnya. Dan pondoknya bisa diperbaiki,”harapnya.
Perubahan Dampak Konsumsi obat
Theodorus Ten, Pamannya, Selasa, (9/5/2023) menjelaskan Setelah Yosef minum obat dan disuntik, badannya gemuk dan perubahan bicaranya sangat baik. Biasanya, kadang-kadang keluarkan kata-kata tak bagus. Ada perubahan sesudah Yosef disuntik dan minum obat rutin yang dicampur di nasi.
“Tahun lalu disuntik sebanyam 3 kali oleh perawat medis dari Puskesmas Weleng. Perawat biasa datang mengawasi minum obat. Dan kalau obat habis, mereka biasa bawa obat. Saat ini Yosef dirawat mama dan adik kandungnya,” jelasnya.
Camat Lambaleda Utara, Agustinus Supratman saat dihubungi KOMPAS.com. Kamis, (11/5/2023) melalui sambungan telepon selulernya menjelaskan, untuk Kecamatan Lambaleda Utara (LAUT), Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang sudah terdata 53 orang. Tiga dari 53 orang itu masih dipasung. Sementara satunya dikurung dalam kamar.
“Selama ini Pemerintah Desa memberi bantuan sosial kepada mereka. Sementara Puskesmas Weleng rutin berkunjung dan mengobati pasien tersebut dengan membawa obat. Bantuan sukarela juga diberikan penderita gangguan jiwa atas inisiatif pribadi masing-masing,” jelasnya.
Kisah Liputan Menempuh Jarak 90 Kilometer
Senin pagi, (8/5/2023),saya melakukan perjalanan ke Kota Borong. Bermalam di rumah sahabat Rosis Adir di Kampung Peot, Kelurahan Peot, Kecamatan Borong.
Selasa, (9/5/2023), jam 07.30 wita berangkat ke bagian Utara, tepatnya di Benteng Jawa, Ibukota Kecamatan Lambaleda dan mengikuti kegiatan di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Benteng Jawa.
Saat matahari bergegas ke arah barat, tepat pukul 16.00 wita, saya dibonceng oleh relawan Kelompok Kasih Insanis Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur, Upenk Keor melintasi jalan raya yang sedang dikerjakan dan dilanjutkan melintasi jalan rusak menuju ke kampung Wae Rambung dan tiba pukul 18.00 wita.
Relawan itu mengendarai sepeda motor dengan hati-hati dan utamakan keselamatan karena bertaruh nyawa di jalan rusak parah. Sekitar pukul 19.30 wita, kembali ke Benteng Jawa. Saya mendapatkan informasi ODGJ yang dipasung di pelosok Manggarai Timur dengan medan yang sangat berat dan bertaruh nyawa dengan melintasi jalan rusak.
Upenk Keor, Relawan KKI Peduli Sehat Jiwa Kecamatan Lambaleda,Selasa, (9/5/2023) menjelaskan beginilah kondisi jalan di pelosok Kecamatan Lambaleda, Manggarai Timur, NTT.
“Saya sangat hati-hati saat mengendarai sepeda motor di jalan rusak,” jelasnya. ***