Perjuangan Para Pemulih Martabat Manusia di NTT, Berjalan Kaki Demi Berjumpa Dengan Kaum Terpasung

Oleh: Markus Makur, Koordinator Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur

MANGGARAI,bidiknusatenggara.com | Suara ayam berkokok di luar rumah di Kampung Urang, Desa Pong Umpu, Kecamatan Lelak, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Rabu, (21/6/2023) membangunkan seisi rumah.

Suara ayam selalu membangunkan manusia yang sedang tidur lelap. Bahkan, suara ayam menandakan bahwa manusia bergegas beraktivitas pada pagi ini.

Inilah irama kehidupan makhluk berinsting dan berakal budi untuk saling memberikan peringatan bahwa kehidupan di alam semesta tetap harmonis. Tuan rumah sudah menyiapkan sarapan pagi, seperti minuman kopi dan ada yang masih tidur karena semalaman berdiskusi tentang kehidupan di dunia ini.

Tepat jam 10.00 wita, semua pada bangun dan langsung sarapan pagi. Sebelum mulai makan bersama, terlebih dahulu berdoa untuk melambungkan rasa syukur yang dipimpin Bruder Mindo, SVD.

Seisi rumah duduk melingkar bersama Pater Avent Saur, SVD, Ketua Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa Nusa Tenggara Timur dan Koordinator KKI Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur, seorang pasien yang menyandang disabilitas mental di kampung itu. “Kami makan bersama-sama.”

Malamnya Pater Avent memberikan kekuatan kepada pasien itu. Pasien itu seorang perempuan yang tinggal sendirian di rumahnya. Keduanya orang tua sudah beralih dari dunia ini. Pater Avent menyarankan agar pasien itu minum obat secara rutin agar pulih dari derita jiwanya.

Tepat Pukul 12.00 wita, kami bergegas menuju ke arah barat dari kampung itu. Mobil dikendarai Om Bone. Kami berempat di dalam mobil. Sebelum berangkat, kami berdoa agar perjalanan hari itu berjalan dengan lancar dan aman.

Laju kendaraan penuh kehati-hatian karena jalan raya berlubang serta menuruni lembah. Kemudian jalan mendaki menuju kampung perbatasan Kabupaten Manggarai dengan Manggarai Barat. Sebagian aspal di jalan itu terkelupas. Itulah tantangan dari perjuangan para pemulih martabat manusia yang terkesan terbuang karena menderita gangguan jiwa.

Perjalanan kurang lebih menempuh waktu satu setengah jam dari Kampung Urang ke Kampung Wae Dangka, Desa Racang Welak, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat. “Kami tiba sekitar pukul 13.30 Wita. Kami melewati beberapa kampung di kiri kanan jalan tersebut. Kami dihibur dengan keindahan alam, persawahan terasering di perbukitan di pelosok Manggarai Barat. Perkampungan itu berada di sisi selatan dari gunung Poco Kuwuh.

Begitu kami tiba dipinggir jalan pedesaan di Kampung Wae Dangka, kami disambut dengan penuh ceria, gembira dan penuh kehangatan sebagai satu keluarga. Kami dipersilahkan masuk ke rumah keluarga dimana salah satu anggota keluarga menderita sakit gangguan jiwa dan terpasung di sebuah kamar yang berada di dalam rumah tersebut. Kami duduk bersila diatas tikar (Lose/loce) yang terbuat dari anyaman daun pandan.

Selanjutnya, sebagaimana adat istiadat setempat, satu per satu anggota keluarga menyambut kami dengan salaman dan sapa kami dengan penuh kekeluargaan (reis/reih).
Tak lama kemudian, suguhan minuman kopi dihidangkan oleh tuan rumah.

Selanjutnya, Pater Avent didampingi anggota keluarga dari pasien menyapa penderita yang sedang duduk di atas tempat tidur ditemani dua kawanya. Dua kakinya dipasung. Balok tebal yang diikat oleh mur besi.

Sebagaimana biasa pelayanan kasih dari Kelompok Kasih Insanis (KKI) yang dilakukan Pater Avent Saur, SVD menyapa keluarga dan berbincang-bincang dengan pasien apabila pasien dimungkinkan untuk berbincang-bincang. Pater memberikan pemahaman dan sosialisasi tentang apa itu sakit jiwa atau gangguan jiwa.
Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang proses pemulihan penderita gangguan jiwa hanya dengan minum obat.

Pater Avent Saur adalah seorang imam Katolik dari Ordo SVD yang terpanggil untuk memberikan pelayanan khusus kepada penderita gangguan jiwa di Pulau Flores, NTT.

Pater memberitahukan kepada anggota keluarga agar keluarga tidak mengobati penderita gangguan jiwa kepada dukun dan pendoa. Sakit gangguan jiwa adalah sakit. Sakit sama dengan sakit stroke, kanker, jantung, tubercolosis, diabetes dan penyakit lainnya.

Kunci untuk memulihkan penderita gangguan jiwa hanya dengan minum obat. Tidak ada cara lain untuk memulihkan mereka yang sedang menderita gangguan jiwa. Kurang lebih satu jam Pater memberikan kesadaran, pengetahuan dan pemahaman kepada keluarga dan si penderita. Pater didampingi anggota keluarga dan relawan KKI.

“Hal-hal kecil dan sederhana ini dilakukan oleh para relawan KKI NTT. Kita tetap berdoa dan kuncinya adalah minum obat.” Ujarnya.

Dalam narasi ini, tidak menyebutkan nama penderitanya demi hak privasinya.

Sesudah itu, kami makan siang yang dihidangkan oleh keluarga tersebut. Di sela-sela makan siang itu, satu anggota keluarga menginformasikan bahwa ada satu warga di kampung itu yang juga menderita gangguan iiwa dan dipasung pada dua tangannya.Pasien itu tinggal di pondok di sudut sawah. “Hati kami sangat tergugah atas informasi tersebut.”

Kami memulihkan fisik dari kelelahan dengan hidangkan makan siang.

Setelah makan siang, kami berjalan kaki bersama seluruh warga setempat dengan menyeberangi Sungai Wae Mese. Bersyukur sungai itu tidak banjir. Kami melihat dari kejauhan pondok yang berdinding bambu. Sementara sebagian petani di kampung itu sedang membersihkan sawah dengan bahasa lokal sisip.
Kami berjalan kaki di pematang sawah dan tembok irigasi di persawahan tersebut. Persawahan itu bernama persawahan liling.

Semua tiba di pondok tersebut. Saat kami masuk. Hati kami seperti teriris dengan apa yang dialami penderita tersebut yang dua tangan dipasung dengan balok tebal. Betapa berat penderitaannya. Ia berjalan kemana-mana dengan tangannya dipasung.
Penderita itu duduk didalam rumah berlantai tanah. Didampingi kakak Ipar yang sehari-hari memberi dia makan.
Sebagaimana penuturan Kakak Ipar dan warga setempat, si penderita sudah menikah. Istrinya sudah pulang ke kampung orang tua di salah satu kampung di Kabupaten Manggarai Barat.

Sebelum si penderita sakit gangguan jiwa, ia menjadi warga translok di salah satu wilayah di Kabupaten Manggarai. Kurang lebih lima tahun, ia mengalami derita gangguan jiwa hingga akhirnya dua tangan dipasung dengan balok tebal.

Dari kiri ke kanan-seorang warga Penyandang disabilitas mental di pondok sawah Liling, Kamupung Wae Dangka, Desa Racang Welak, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat disapa oleh Ketua KKI Peduli Sehat Jiwa NTT, Pater Avent Saur, SVD. Rabu, (21/6/2023). (DOK/KKI Matim/Markus Makur)

Mendengarkan cerita dari kakar Ipar dan warga setempat, Pater Avent memberikan sosialisasi kesehatan jiwa dan peneguhan iman. Selain itu, Pater meminta kakak Iparnya agar adik Iparnya itu rutin minum obat. Proses pemulihan bagi pasien itu hanya dengan minum obat rutin.

“Kurang lebih satu jam, kami kembali duduk sambil merasakan penderitaan yang dialami pasien itu bersama kakak Iparnya yang sangat setia memberikan makanan pagi, siang dan malam. Kami melihat pasien dan kakak Iparnya berlinang air mata. Bahkan bicaranya terbata-bata saat menjawab pertanyaan yang disampaikan Pater. Kami mendengarkan kisah penderitaan dari pasien itu dari kakak Ipar dan warga setempat,” dan selanjutnya kami pulang ke Kampung Urang dan melanjutkan perjalanan ke Biara Bruder Caritas di Kota Ruteng dengan tiba pukul 22.00 Wita. Kami bermalam di Komunitas Biara Caritas Ruteng.

Kamis, (22/6/2023), pukul 12.15 Wita, kami bergegas dengan membelah Kota Ruteng menuju ke arah Timur. Kami berdoa mohon keselamatan dalam perjalanan.

Hari itu kami melakukan pelayanan kasih untuk berjumpa dengan beberapa pasien di Kampung Sola, Desa Persiapan Ruan Selatan, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur.

Kami tiba pukul 14.00 wita. Kami menginformasikan kepada beberapa relawan di Kabupaten Manggarai Timur.

Keluarga di Kampung Sola kaget atas kehadiran kami. Kami berjumpa dengan satu pasien yang sudah tiga tahun pulih dampak dari minum obat rutin dan kepedulian anggota keluarga.
Sebelumnya Pater mendapatkan informasi dari salah satu anggota keluarga tentang kondisi pasien tersebut.

Saat tiba di kampung itu. Keluarga menyapa Pater dan mempersilahkan masuk di dalam rumah. Pasien itu juga datang menyapa Pater dalam kondisi belum mandi dan berambut panjang.

Kemudian Pater meminta pasien itu mandi. Tapi, Pater melihat rambutnya panjang. Lalu Pater meminta dia agar dipangkas rambutnya sebelum mandi. Pasien itu bersedia rambutnya dipangkas oleh Pater. Pater meminta relawan lainnya membeli gunting di salah kios yang berada diseberang jalan.

Akhirnya Pater memangkas rambut dari penderita yang pulih tersebut. Ini kunjungan ke sekian kali relawan KKI menyapa pasien tersebut. Kondisinya sangat pulih karena perhatian keluarga dengan rutin minum obat.

Kurang lebih satu jam, kami berada di kampung tersebut. Tak lama kemudian keluarga berdatangan untuk melihat apa yang sedang dilayani Pater Avent Saur, SVD.
Setelah rambut dipangkas, pasien pulih itu mandi. Saat itu juga Pater memberikan sosialisasi tentang kesehatan jiwa dan pentingnya keterlibatan keluarga untuk memulihkan penderita gangguan jiwa.

“Terima kasih En’de dan keluarga yang terus memperhatikan pasien yang dalam keluarga ini.Pentingnya peran keluarga dalam memulihkan penderita gangguan jiwa,” ucap Pater.

Dari Kampung Sola, kami menuju ke Kampung Kembur, Kelurahan Peot, Kecamatan Borong bersama seorang Bapak yang anaknya mendeita sakit gangguan. Ada satu pasien yang tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) asal kampung Wae Anggong, dekat Kampung Sola. Pasien itu tinggal untuk sementara waktu bersama kakaknya di kampung tersebut. Bersyukur perawat kesehatan Jiwa (Keswa) Puskesmas Kisol sudah memberikan pelayanan medis dengan memberikan obat untuk diminum.

Dari situ kami ke rumah keluarga di Kampung Peot untuk makan malam dan sesudah makan malam melanjutkan perjalanan ke Kota Waelengga dengan tiba pukul 21.00 wita, dan Pater Avent,SVD Bruder Mindo, SVD dengan Om Bone meneruskan perjalanan ke Kota Ende dan mereka tiba Jumat subuh pukul 03.00 wita.

Ini kisah awal,Kami Ada di Kabupaten Manggarai

Kami berada di Kabupaten Manggarai atas undangan dari Yayasan Ayo Indonesia Manggarai bersama JPM Kupang dan CBM Jakarat untuk sharing dan kolaborasi perjalanan penanganan dan advokasi Orang Dengan Gangguan Jiwa di Pulau Flores. Saat ini CBM Jakarta, JPM Kupang berkolaborasi dengan Yayasan Ayo Indonesia untuk Perencanaan Proyek Community Based Mental Health di Manggarai dan Sikka dengan gelar workshop.

Workshop itu dibuka secara resmi oleh Bupati Manggarai, Heribertus G Nabit dengan peserta Dinas Kesehatan, Dinas Sosial Kabupaten Sikka Panti Dympha Maumere, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai dan Panti Renceng Mose Ruteng serta relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa NTT dan Komisi Caritas Keuskupan Ruteng.

Latar belakang dan dasar pemikiran

Menurut data Kementerian Kesehatan RI, gangguan jiwa merupakan penyebab kedua penyakit tidak menular di Indonesia, termasuk di NTT. Di NTT, masalah kesehatan jiwa diperkirakan mempengaruhi sekitar 7,4% penduduk, lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 6,2%. Hal ini menjadi perhatian yang signifikan, apalagi NTT memiliki salah satu skor indeks pembangunan manusia (IPM) terendah di Indonesia, dengan skor 64,26. Menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Kementerian Kesehatan tahun 2018 jumlah kasus kesehatan jiwa akhir-akhir ini meningkat yaitu 7 per mil rumah tangga yang berarti terdapat 7 orang dengan gangguan jiwa dari setiap 1000 rumah tangga. Selain itu, provinsi NTT menempati urutan ketiga dengan jumlah kasus depresi terbanyak di Indonesia. Di seluruh Indonesia, diperkirakan terdapat sekitar 450.000 orang dengan kasus gangguan jiwa berat.

Dilihat dari Puskesmas yang memiliki pelayanan kesehatan jiwa, di Provinsi NTT hanya terdapat 31,8% Puskesmas yang memiliki pelayanan kesehatan jiwa. Sedangkan Rumah Sakit Jiwa di Provinsi NTT hanya ada satu yang berlokasi di Kupang , ibu kota provinsi NTT. Saat ini, belum ada program intensif dan komprehensif dari pemerintah daerah untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa karena kurangnya staf terlatih, fasilitas dan anggaran yang terbatas sementara jumlah orang dengan masalah kesehatan jiwa terus meningkat. Dengan tantangan yang dihadapi ini, CBM dan mitra lokal berencana mengembangkan proyek kesehatan mental berbasis komunitas yang baru. Sebagai langkah pertama, CBM dan para mitra berencana untuk menyelenggarakan lokakarya perencanaan untuk bertukar pikiran dan mendiskusikan lebih lanjut intervensi yang direncanakan untuk mengatasi dengan tepat masalah kesehatan jiwa di Kabupaten Manggarai dan Sikka.

Tujuan yang ingin dicapai

Tujuan dari lokakarya perencanaan adalah:
pertama, Berbagi pengalaman dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa di Kabupaten Manggarai dan Sikka. Kedua, untuk bertukar pikiran tentang tantangan yang dihadapi dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa di Kabupaten Manggarai dan Sikka. Mengidentifikasi faktor penarik dan pendorong dalam mengatasi masalah kesehatan mental. Ketiga,Untuk mengidentifikasi layanan saat ini yang disediakan untuk orang dengan gangguan mental dan kesenjangannya. Keempat, mendiskusikan kerangka kerja untuk potensi intervensi dan sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Kelima, menyepakati waktu dan hal-hal yang disiapkan oleh mitra lokal yang terlibat.

Hasil yang diharapkan: Pertama, Pemetaan yang jelas tentang analisis situasi orang dengan gangguan jiwa di kabupaten Manggarai dan Sikka. Kedua, Layanan yang tersedia dan kesenjangannya serta kemungkinan intervensi dan sumber daya yang diperlukan diidentifikasi. Ketiga, kerangka proyek yang direncanakan dibahas, dirumuskan dan disepakati. Keempat, rencana proyek detail tentang proyek kesehatan mental yang baru ***

https://gawai.co/docs/pkv-games/ https://gawai.co/docs/dominoqq/ https://gawai.co/docs/bandarqq/