RASUL PERDAMAIAN DARI ALPEN SWISS (Mengenang Santu Klaus & Mengapresiasi P. Ernst Waser SVD)

Stefanus Wolo Pr, Imam Projo KAE Misionaris Fidei Donum Di Keuskupan Basel Swiss 

Bidiknusatenggara.com | Tanggal 20 September lalu saya bersama seorang rekan imam, Leo Stocker berziarah ke kampung halaman “Santu Klaus” di Flüeli-Ranft/Sachseln. Leo Stocker adalah murid Pater Ernst Waser SVD(Misionaris Swiss di Manggarai Flores) di SMA Marienburg, Sankt Gallen 40 an tahun lalu.

Apa intensi ziarah ini? Pertama, kami mengunjungi gereja paroki Sachseln. Di sana ada jubah dan kubur Santu Klaus. Di gereja ini 25 September 2017, Uskup Agung Ende Mgr. Vincentius Sensi Potokota mengikuti Jubileum 600 tahun Santu Klaus.

Selanjutnya kami menuju tempat lahir dan rumah tinggal Santu Klaus di Flüeli. Dari Flüeli kami menuruni lembah Ranft. Kami mengunjungi kamar dan kapela pertapaan Santu Klaus. Jam 11 kami mengikuti perayaan ekaristi di kapela Ranft, pinggir sungai kecil Melcha.

Dari Ranft kami menuju Restaurants Pax Montana untuk santap siang. Setelah santap siang kami mengunjungi kapela tempat pembabtisan Santu Klaus di Kerns dan selanjutnya kembali ke Eiken.

Napak tilas kali ini spesial. Saya boleh berjalan bersama seorang rekan imam yang ahli sejarah. Di setiap perhentian, Leo Stocker menceriterakan secara detail kehidupan Santu Klaus.

Santu Klaus lahir dengan nama Niklaus von Flüe pada 21 Maret 1417 dari pasangan Heinrich dan Hemma Ruobert. Mereka adalah keluarga petani kaya. Heinrich berharap agar Niklaus kecil kelak menjadi petani terpandang dan pemuka kampung.

Mereka juga keluarga katolik yang taat. Niklaus tidak memperoleh pendidikan formal. Dia tidak bisa membaca dan menulis. Setiap malam orang tuanya selalu menceriterakan kitab suci dan sejarah pada Niklaus. Sang ibu berharap agar Niklaus kelak menjadi imam.

Petani terpandang, pemuka kampung dan imam atau hidup membiara adalah cita-cita bergengsi jaman itu. Pemuka kampung menguasai sosial politik. Petani menguasai urusan perut. Imam atau biarawan menguasai literasi dan kebajikan hidup.

Niklaus hidup pada masa perang. Pada usia 15 tahun dia sudah pandai bermain pedang. Tahun 1440-1444 dia terpilih sebagai komandan pasukan tempur di Zürich. Ibunya bangga karena Niklaus juga berjiwa patriotik. Karena kebijaksanaannya, Niklaus kemudian terpilih menjadi dewan pemerintah, hakim kanton dan anggota parlemen.

Sang ibu tetap berharap agar Niklaus menjadi imam. Tapi harapan itu pupus karena Niklaus menikahi Dorothea Weiss tahun 1447. Mereka membangun rumah sendiri dan dikaruniai 10 anak, 5 puteri dan 5 putera.

Niklaus adalah petani yang ulet. Dia juga bapak keluarga yang tekun berdoa. Dia berdoa di rumah dan sering sendirian ke atas bukit Ranft. Dia juga berpuasa setiap hari Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu. Sudah ada pratanda bahwa Niklaus ingin menjalani hidup khusus.

Pada 16 Oktober 1467 saat berusia 50 tahun, atas persetujuan istrinya Dorothea, Niklaus meninggalkan rumah dan menjadi pertapa. Mereka menjalani 20 tahun hidup berkeluarga. Anaknya sulungnya Hans berusia 20 tahun dan si bungsu Niklaus berumur 13 minggu. Si sulung Hans sudah bisa menjaga ibu dan adik-adiknya.

Niklaus memulai babak baru dalam hidup. Dia meninggalkan semua hartanya. Dia meninggalkan jabatan publiknya. Dia meninggalkan istri dan anak-anak. Dia ingin hidup miskin dan menjadi pembawa damai.

Awalnya Niklaus berjalan menuju Luzern dan terus ke arah Basel. Dia ingin menjadi peziarah seperti Fransiskus dari Asisi(1181-1226). Tapi Niklaus berhenti di Liestal-Baselland. Dia kembali ke Ranft dan tinggal di gubuk kayu.

Niklaus ingin mendalami relasi hidup dengan Tuhan melalui doa dan puasa. Tuhan menghadiahkan anugerah-anugerah istimewa padanya. Ia memperoleh ketenangan batin dan peneguhan rohani. Tahun 1469, dewan kanton mendirikan sebuah kapela. Sejak itu seorang imam dari Kerns, Oswald Isner merayakan ekaristi setiap hari.

Niklaus memperoleh mujisat istimewa. Selama 20 tahun pertapaan dia tidak makan. Dia hanya minum air putih dan menerima komunio setiap pagi. Dia sehat dan percaya bahwa Sakramen Ekaristi menguatkan jiwa raganya. Dia percaya pada kehendak Tuhan.

Setiap hari dia hanya merenung, berdoa, ekaristi dan berpuasa. Dia punya satu doa dan kemudian menjadi lagu terkenal. “Mein Herr und mein Gott, nimmt alles von mir, was mich hindert zu dir. Mein Herr und mein Gott, gib alles mir, was mich führet zu dir. Mein Herr und mein Gott, o nimm mich mir und gib mich ganz zu Eigen dir”.

Artinya “Tuhanku dan Allahku, ambilah segala sesuatu yang menjauhkan aku dari padaMu. Tuhanku dan Allahku, berilah semua yang kuperlukan untuk menjumpai engkau. Tuhanku dan Allahku, terimalah diriku dan jadikanlah aku milikMu”.

Selain berdoa dan berpuasa Niklaus adalah penasihat spiritual. Dia menasihati orang-orang sekampung dan se kanton. Dia menasihati beberapa kepala negara Eropa. Dia juga menasihati agar bangsa Swiss bersatu dan berdamai.

Tahun 1477-1481 terjadi banyak konflik di Swiss. Konflik antara kanton-kanton perkotaan seperti Luzern, Bern, Zürich dan kanton-kanton pedesaan seperti Uri, Schwyz, Unterwalden, Glarus dan Zug.

Pater Ernst Waser, SVD (DOK/Istimewa)

Kanton-kanton kota dipimpin oleh segelintir kaum oligarki kaya. Kanton-kanton desa tidak menyetujui sistem pemerintahan oligarki. Pembagian tanah dan kekayaan hasil perang juga memicu konflik. Konflik juga berkaitan dengan pro kontra bergabungnya kanton Solothurn dan Fribourg ke dalam konfederasi Swiss.

Mereka menyelenggarakan beberapa kali pertemuan di Stans, Zofingen dan Zug. Desember 1481 mereka melakukan pertemuan terakhir di Stans. Mereka menemui jalan buntu. Konfederasi Swiss terancam runtuh. Pada tanggal 21 Desember, pastor paroki Stans Heimo Amgrund pergi menjumpai Niklaus di pertapaan Ranft. Dia meminta nasihat Niklaus.

Melalui Pater Heimo, Niklaus menasihatkan semua peserta untuk tenang dan bersabar. Dia meminta mereka menghindari konflik dan menemukan jalan damai. Ia meminta mereka untuk menerima kanton Solothurn dan Fribourg bergabung dalam konfederasi Swiss. “Jagalah persatuan negara dan usahakanlah perdamaian”, kata Niklaus.

Para peserta pertemuan menerima baik nasihat Niklaus. Mereka sepakat menandatangani Dekrit Stans tanggal 22 Desember 1481. Dekrit itu mengatur hukum pertanahan, peran keluarga oligarki dan perjanjian damai Swiss. Mereka berjanji untuk hidup damai sebagai negara konfederasi. Di sini Niklaus tampil sebagai “Rasul Perdamaian” bangsa Swiss.

Niklaus meninggal 21 Maret 1487 di rumah pertapaannya dan dikuburkan di gereja tua Sachseln. Pada 28 Agustus 1679 peti mati dan tulang belulangnya dipindahkan ke gereja baru Sachseln. Letaknya persis di bawah altar gereja Sachseln saat ini.

Niklaus digelari Santu tanggal 15 Mei 1947. Meski Dia meninggal 21 Maret, Paus Pius XII menetapkan 25 September sebagai peringatan resmi. Niklaus adalah rasul perdamaian. Dia meninggalkan segalanya untuk mencari kedamaian dan ketenangan jiwa. Dia selalu berdoa mohon perdamaian. Dia selalu memberikan nasihat tentang perdamaian. Pesan perdamaiannya telah menyelamatkan Swiss dari perpecahan dan perang saudara.

Orang Swiss percaya bahwa Santu Klaus melindungi mereka dari serangan Jerman dan membebaskan mereka dari perang dunia kedua. Pada tanggal 12 Mei 1940, sebuah tangan besar yang bersinar terang muncul di atas langit kota Waldenburg atau Baselland saat ini. Orang-Orang Swiss percaya bahwa itulah tangan santu pelindung, Santu Klaus. Orang Swiss menyebutnya sebagai “Keajaiban Waldenburg”.

Santu Klaus menjadi pelindung kanton Obwalden dan negara Swiss. Dia juga pelindung gerakan pemuda pedesaan katolik, asosiasi pelajar Swiss dan pelindung pasukan pengawal paus di Roma. Santu Klaus juga menjadi pelindung gereja-gereja di Jerman, Austria, Perancis, Slowakia, Thailand dan Manggarai Flores.

Orang Flores mengenal Santu Klaus dari P. Ernst Waser SVD awal dasawarsa 80 an. Ernst kelahiran Stans Swiss 15 Juni 1929. Stans kampung Ernst Waser dan Flüeli-Ranft kampung Santu Klaus hanya berjarak 15 Kilometer.

Sejak 15 Maret 1977, Ernst Waser tinggal di bumi Congkasae Manggarai Flores. Ernst rela meninggalkan “negara serba ada” Swiss dan hidup di Wangkung sana. Ernst adalah tanda berkat dari Swiss untuk bumi Flores. Ernst adalah “Pontifex atau Jembatan” antara Swiss-Flores. Jembatan yang menyalurkan gagasan, orang-orang Swiss dan miliaran rupiah untuk Flores barat hingga Lembata.

Selama 44 tahun Ernst sudah berbuat banyak. Ia membangun rumah ibadat, gereja dan mesjid. Dia membangun lembaga pendidikan, tempat pelatihan dan bengkel pertukangan. Dia membangun infrastruktur jalan, jembatan dan air minum bersih. Ernst membantu anak-anak susah untuk menikmati pendidikan yang lebih baik.

Menarik bahwa Ernst memberikan Santu Klaus sebagai pelindung gereja dan lembaga pendidikan. Satu kesempatan saya pernah bertanya pada beliau: “Mengapa Pater memilih Santu Klaus sebagai pelindung paroki dan lembaga-lembaga pendidikan?”

Ernst katakan bahwa sejak 1977 Ernst tinggal di wilayah konflik. Dia sangat percaya pada doa dan perlindungan Santu Klaus. Santu Klaus mendamaikan dan membebaskan umat parokinya dari konflik.

Di bumi Congkasae umat Islam dan Katolik hidup bersama secara berdampingan. Ernst percaya bahwa Santu Klaus akan merawat kerukunan antar agama. Ernst juga memilih Santu Klaus sebagai pelindung sekolah-sekolahnya. Ernst ingat akan Kolese Santu Fidelis Stans yang telah mengutus dia mengikuti kanonisasi Santu Klaus di Roma tahun 1947.

Bagi Pater Ernst Waser gereja, sekolah, bengkel, proyek infrastruktur dan pemberdayaan adalah medan kerasulan. Kerasulan untuk membawa damai. Kerasulan damai itu mesti dimulai dari sana.

Bagi Pater Ernst, Santu Klaus tidak hanya menyinari Eropa. Tapi juga belahan bumi lainnya termasuk Flores. Santu Klaus bintang dan rasul perdamaian di dunia barat. Pater Ernst membawa bintang itu ke kawasan dunia timur. Bintang yang menyinari dunia timur dan memajukan peradaban di kawasan timur.

Kita mengenangkan dan memohon bantuan Santu Klaus, Santu Pelindung Perdamaian. Kita mengapresiasi P. Ernst Waser SVD. Dialah Rasul Perdamaian Dari Negeri Alpen Swiss. ***

https://gawai.co/docs/pkv-games/ https://gawai.co/docs/dominoqq/ https://gawai.co/docs/bandarqq/