Siswa di NTT Galang Donasi Dari Rp 1.000 Untuk Kakak Kelas Mereka Yang Putus Sekolah Karena Derita Kanker

MANGGARAI TIMUR,Bidiknusatenggara.com | Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Satu Atap (Satap) Munde, Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT menggalang donasi Rp 1000 untuk kakak kelas mereka yang putus sekolah karena derita kanker.

Mereka bergabung dalam Komunitas Peduli Kasih (Kopekas) SMPN Satu Atap Munde.

“Hasil penggalang dana selama sebulan terkumpul Rp 620.000; dan hari ini diserahkan kepada kakak kelas mereka, Erwin Mariano Defrengky (22) di Kampung Paundoa, Desa Komba didampingi guru-guru dan disaksikan Kepala Desa Komba, Eduardus Djekulas dan Bhabinkamtibmas Desa Komba, Aipda Yosep Bei Langa,” jelas Ketua Organisasi Siswa Ekstrakurikuler (OSIS), SMPN Satap Munde, Yulio Delon Hildebrend,

Hildebrend mengatakan, siswa dan guru sangat prihatin dengan sakit yang diderita kakak kelas mereka yang sudah putus sekolah sejak 2013 lalu karena sakit. Awalnya siswa mendapatkan informasi dari Guru Yohanes Ariyanto Anggal, Kaur Kesiswaan dengan menunjukkan foto kaki dari kakak kelas yang bengkak. Melihat itu, kami tersentuh untuk mengumpulkan sisa uang jajan untuk berdonasi kepada kakak kelas tersebut. Pengumpulannya mulai dari Rp 1000; selain itu ada juga guru-guru yang berdonasi.

“Jangan lihat nilai uang dan barang yang kami diserahkan hari ini. Kami Peduli terhadap kakak kami ini. Kami berdoa semoga kakak kelas kami ini secepatnya sembuh,” jelasnya.

Hildebrend mengatakan, mereka menyerahkan uang senilai Rp 500.000 ditambahkan dengan dua papan telur. Beberapa siswa yang bergabung di OSIS langsung menyerahkan kepada kakak kelas mereka di rumah.

“Saat kami tiba, kakak kelas kami itu sedang duduk di kursi dan kaki kanannya masih bengkak,” jelasnya.

Edwin Mariano Defrengky (22), penderita Kanker tulang di kaki kanannya, kepada bidiknusatenggara.com, Selasa, 4 April 2023 lalu menjelaskan ia sangat terkejut dengan kunjungan adik kelas dari SMPN Satu Atap (Satap) Munde.

“Saya tidak menyangka adik kelas saya sangat peduli dengan penderita yang saya alami. Saya menyampaikan terima kasih sudah peduli kepada saya. Saya sangat terharu atas kepedulian dari adik kelas dan guru SMPN Satap Munde,” ujarnya.

Erwin menjelaskan, tahun 2013 lalu, ia menjadi salah satu siswa di SMPN Satu Atap Munde. Tiba-tiba kaki kanan sakit, membengkak dan susah berjalan. Sejak itu dirinya berhenti sekolah.

“Saya berhenti sekolah setelah ujian naik kelas II. Saya tidak bisa melanjutkan sekolah karena kondisi sakit kaki kanan sangat parah dan tidak bisa jalan. Apalagi waktu saya ke sekolah dengan jarak 500 meter. Saya berpesan kepada adik SMPN Satap Munde untuk semangat belajar dan meneruskan kepekaan sosial ini kepada sesama yang sangat membutuhkannya,” jelasnya.

Vinsensius Ndoi, Ayah dari Erwin kepada wartawan media ini, Selasa, 4 April 2023 menceritakan awalnya dikira anak kami jatuh di sekolah. Tapi, ternyata tidak jatuh. Sejak 2013 lalu sakit kaki kanan dan bagian pahanya membengkak dan tidak bisa jalan. Lalu kami inisiatif urut dengan pengobatan di kampung. Hasil dari reaksi urutnya tambah bengkak dan merah. Selanjut kami berinisiatif berobat ke Puskesmas Borong. Kemudian kami kembali ke kampung Paundoa.

“Kondisi kaki kanan anak kami semakin parah dan kami berobat ke Rumah Sakit Umum Ben Mboi Ruteng dengan mendapatkan rujukan dari Puskesmas Waelengga. Di RSUD Ben Mboi, dokter melakukan tindakan medis dengan operasi lokal. Sesudah itu kami kembali ke kampung. Selama pengobatan di RSUD Ben Mboi Ruteng menghabiskan uang sebesar Rp 6 juta,” jelasnya.

Vinsensius menjelaskan, setelah pengobatan di RSUD Ben Mboi dan kembali ke Kampung Paundoa, kondisi kaki kanan, bagian pahanya tambah bengkak bernanah. Kami membawa lagi berobat di RSUD Bajawa untuk rontgen. Kemudian membawa berobat lagi ke RSUD Ben Mboi Ruteng. Bahkan, kami berobat di Puskesmas Boawae. Tapi, kondisi sakit belum sembuh.

“Hasil rontgennya bahwa anak kami menderita sakit kanker tulang. Selama lima tahun berobat dengan menghabiskan uang sebesar Rp 20 juta. Karena, kami kehabisan uang, kami tidak berobat lagi selama 5 tahun ini. Kami putus asa karena kami kehabisan uang. Apalagi kami petani dan mengurus empat adiknya yang sedang sekolah,” jelasnya.

Vinsensius menjelaskan, perjuangan untuk menyembuhkan anak sulung kami dengan berbagai alternatif pengobatannya, selain pengobatan medis. Kami berobat ke Dukun di Pulau Flores dengan menghabiskan uang. Tapi, tidak membuahkan kesembuhan.

“Sebagai orangtua, kami pasrah dengan penderitaan anak kami. Kami tidak mempunyai uang lagi untuk berobat ke Rumah Sakit Siloam sebagaimana dianjurkan dokter di RSUB Ben Mboi Ruteng,” jelasnya.

Vinsensius menambahkan, kami sangat terkejut dengan kunjungan siswa dan guru SMPN Satap Munde yang menghantarkan donasi uang dan telur. Kami sekeluarga tidak membayangkan ada kepedulian seperti ini.

“Kami sekeluarga mengucapkan terima kasih atas kunjungan ini. Kami tidak menyangka siswa SMPN Satap Munde berdonasi untuk kesembuhan anak kami. Kami sangat terhibur dengan kunjungan yang tak pernah diinformasikan sebelumnya,” ucapnya.

Paman dari Erwin, Aloysius Jehama sebagaimana dipantau bidiknusatenggara.com meneteskan airmata karena ia sangat terharu dengan kunjungan dari siswa dan guru SMPN Satap Munde.

“Saya sangat dan sangat terharu dengan kepedulian siswa dan guru SMPN Satap Munde yang menghantar donasi dari sisa uang jajan mereka. Mereka menyisihkan sebagian uang jajan untuk kepedulian kepada sesama. Saya menyampaikan dari hati yang tulus dengan mengucapkan terima kasih,” ucapnya.

Kepala Desa Komba, Eduardus Djekulas, Selasa, (4/4/2023) menyaksikan penyerahan donasi dari siswa dan guru SMPN Satap Munde kepada warganya yang menderita sakit. Lalu, Ia menyampaikan bahwa tahun ini ada anggaran untuk biaya pengobatan bagi Erwin Mariano Defrengky.

“Pemerintah Desa Komba sudah menetapkan anggaran untuk bantuan pengobatan kepada Erwin dan beberapa warga lainnya yang kategori difabel. Tahun ini bisa dicairkan anggaran tersebut,” jelasnya.

Djekulas menyampaikan Pemerintah Desa Komba menyampaikan terima kasih kepada siswa SMPN Satap Munde atas kepedulian bagi warganya yang sedang sakit.

“Saya sangat tergugah dengan kunjungan dan kepedulian siswa dan guru SMPN Satap Munde. Untuk saya juga secara spontan dari uang sendiri menyerahkan donasi kepada Erwin senilai Rp 1 juta,” jelasnya.
Kumpul Donasi

Kepala Urusan (Kaur) Kesiswaan SMPN Satap Munde, Yohanes Ariyanto Anggal menjelaskan siswa dan guru mengumpulkan donasi dari uang jajan selama satu bulan.

“Saya dapat informasi dari orang peduli di Manggarai Timur dimana salah satu siswa sakit dan putus sekolah. Kemudian saya sampaikan kepada siswa. Saya minta mereka sisihkan uang jajan, berapa saja, mulai dari Rp 1000-Rp 2000. Uang terkumpul Rp 620.000; dan teman-teman guru juga ikut mendonasikan. Nilai uang tergantung kerelaan siswa. Guru tidak memaksa siswa untuk mengumpulkan uang. Selain itu ini siswa dilatih untuk peduli dan peka terhadap lingkungan dan sesama yang menderita sakit. Ini juga bagian dari pembinaan karakter sebagai siswa Penggerak.
Yang mau diserahkan ini dua papan telur dan uang senilai Rp 500.000,” jelasnya. (Markus Makur)

https://gawai.co/docs/pkv-games/ https://gawai.co/docs/dominoqq/ https://gawai.co/docs/bandarqq/